Kamis, November 29, 2007

Kerukunan Antar Umat Beragama

Tersentak juga ketika saya mengetahui bahwa Gereja di Kampung Duri, Jakarta Barat, ditutup oleh Pemerintah (Camat Tambora), padahal Gereja tersebut telah digunakan sebagai tempat ibadah selama kurun waktu 30 tahun.
Saya mencoba untuk membayangkan betapa ketakutan yang mencekam akibat intimidasi dialami oleh umat dari gereja tersebut.
Seketika terbayang-bayang gambar burung garuda yang melambangkan falsafah negara, Pancasila, berikut UUD yang mengatur tentang kebebasan beribadah.
Ternyata tidak mudah untuk beribadah di negeri ini.

Kejadian-kejadian seperti ini masih saja mewarnai kehidupan keagamaan kita.
Timbul rasa iri hati saya ketika mengingat China yang sebagian besar warganya tidak beragama justru nampak rukun satu dengan yang lainnya.
Tentu saja tidak pernah terpikir untuk menanggalkan agama yang saya anut untuk menjadi tidak beragama.

Saya berasal dari keluarga Katolik sedangkan istri saya berasal dari keluarga Islam, namun demikian, toleransi yang ditunjukkan oleh masing-masing keluarga telah membuat saya mengerti bahwa perbedaan agama bukanlah kartu mati.
Apalagi ketika saya teringat asal-usul kedua agama tersebut, keduanya berasal dari Nabi Abraham, dari anak yang satu, Ismael, kemudian menjadi Islam, dan dari anak yang lain, Ishak, menjadi kristiani.
Orang Manado bilang: "Torang Basudara".

Saya tidak mengerti, mengapa kita bisa memusuhi orang yang tidak se-iman dengan kita, padahal kenal saja tidak?
Saya tidak mengerti, mengapa kita bisa hidup berdampingan dengan alam dan tumbuhan tetapi tidak bisa hidup berdampingan dengan sesama manusia?

Yang namanya berbeda agama itu, iya memang karena agamanya tidak sama, tetapi yang namanya tidak sama itu bukan berarti saling bermusuhan, bukan?
Juga bukan berarti mesti dibikin sama, bukan?
"Tat Wam Asi" adalah ajaran Hindu yang artinya "Aku adalah Kamu, dan Kamu adalah Aku." yang sangat saya sukai karena memiliki nilai toleransi yang sangat tinggi, perlakukanlah orang lain sama seperti yang engkau inginkan dilakukan orang lain kepadamu...

8 komentar:

Anonim mengatakan...

Kemungkinan bukan salah camatnya, tetapi karena tekanan dan desakan dari pemuka agama yang merasa terusik iri dan dengki. Maklum manusia di dunia ini macam2 dan suka yg aneh2.

Sandy Kusuma mengatakan...

Pak Kunarto,
Terimakasih telah berkenan berkunjung ke Blog ini.

Memang benar, Pak.
Ada tekanan dari pihak lain.
Yang sebenarnya ingin saya bahas adalah kebebasan beribadah dan kerukunan antar umat beragama, bukan membahas kasus yang terjadi di Kampung Duri.

Berikut saya salin tulisan dari Romo Matius (Pastor Paroki Kampung Duri):

KRONOLOGI PENUTUPAN GEREJA DAMAI KRISTUS PAROKI KAMPUNG DURI

Date: 24 Nopember 2007 17:58
Subject: Kampung Duri

KRONOLOGI PERISTIWA PENUTUPAN
GEREJA DAMAI KRISTUS PAROKI KAMPUNG DURI

Hari Senin, Tgl 19 Nopember 2007

Pihak kelurahan mengundang Pastor dan pengurus gereja, meminta
klarifikasi mengenai isuue yang beredar di massyarakat bahwa akan
ada pembangunan gereja Damai. Dalam undangan kami diminta untuk
membawa surat Izin mendirikan Bangunan dan surat keterangan tidak
sengketa.

Menanggapi undangan tersebut :

Pada hari senin, 19 Nopember 2007 jam 13.00 Pihak gereja yang diwakili
beberapa pengurus dewan dan tokoh umat menjelaskan kepada pihak
kelurahan, bahwa :

Sesuai dengan IMB yang diperoleh, pihak gereja akan mendirikan rumah
tinggal, BUKAN gedung gereja.

Pihak kelurahan ( Sekretaris kelurahan, trantib, Bimas, Babinsa)
menerima penjelasan tersebut dan tidak mempermasalahkan hal ini
lagi. Mereka mempersilahkan kegiatan pembangunan yang direncanakan
berjalan

Hari Rabu, tgl 21 Nopember 2007

Pihak kelurahan dan polsek memanggil pengurus gereja secara lisan.

Pertemuan di kelurahan tersebut dihadiri oleh Bpk. Abdul Chalik -
Lurah duri selatan, pengurus Gereja ( Bpk. Anton Corebima dan Bpk.
Frans Susanto) Bimas kelurahan Duri Selatan, Intel dari Polres ( Bpk.
Charles ) & Kapolsek Metro Tambora

Pertemuan tersebut memberitahukan kepada pengurus Gereja, bahwa akan
ada orasi damai kepada Gereja Damai, dengan tuntutan :

- Pembangunan gereja terselubung dihentikan
- Penggunaan aula yayasan Bunda Hati Kudus menyalahi SK gubernur
tahun 1998.
- Informasi kedatangan uskup dan peletakan batu pertama pembangunan
gedung gereja

Menanggapi tuntutan tersebut, kami menjelaskan dan dicapai
kesepakatan bahwa
:
- Peletakan batu pertama ditiadakan, dan kegiatan pembangunan rumah
tinggal ditunda sd setelah hari natal 25 desember 2007.
- Kegiatan yang berbau pesta dan mengundang sorotan massyarakat
disederhanakan.
- Tidak ada kunjungan uskup

Hari kamis, tgl 22 November 2007

Jam 14.00 pihak gereja diundang oleh pihak kecamatan.

Pertemuan ini dihadiri oleh wakil dari pengurus Gereja ( Bpk. Anton
Corebima, Bpk. Frans Sutanto ), Camat Tambora Bpk. Yanto Sattiar,
Bimas Duri Selatan (Bpk Agus), Babinsa (Bpk. Samsudin, P2B
Kecamatan, Danramil dan Kapolsek.

Dalam pertemuan tersebut, sekali lagi pihak kecamatan
menginformasikan bahwa akan ada orasi damai dengan tuntutan spt
tersebut diatas. Sekali lagi pihak gereja dimintai penjelasan
mengenai hal tersebut, dan akhirnya pihak gereja menjelaskan, bahwa :

- Pembangunan yang direncanakan adalah untuk rumah tinggal bukan
gedung
gereja
- Mengenai penggunaan aula serba guna sejak tahun 1968 sudah
digunakan sebagai tempat ibadah, karena tidak ada lagi sarana lain
yang dapat digunakan / disediakan oleh pemerintah.

Pada akhirnya pertemuan tersebut memutuskan bahwa pembangunan rumah
tinggal ditunda sementara sampai suasana kondusif.
Mengenai acara peletakan batu pertama ditiadakan.

Setelah pertemuan di kecamatan, pihak gereja diundang oleh Bpk.
Kompol Yacob Dedi Karyawan Sik – Kapolsek Metro Tambora untuk
menghadiri pertemuan di kantor Polsek Tambora.

Pertemuan dihadiri oleh pengurus gereja ( Bpk. Anton Corebima, Bpk.
Frans ) dan Bpk. Kompol Yacob Dedi Karyawan Sik. Dalam pertemuan ini
Kapolsek memberi pesan agar berpikir dan bertindak cerdas demi
kepentingan umat.

Pada jam 24.00 WIB pihak kepolisian ( Kasat intel Polres Jakarta
Barat, Bpk. Charles Situmorang, Bpk. Limbong dkk) Bpk Agus -Bimas
Duri Selatan, Bpk. Samsudin - Babinsa Duri Selatan datang ke pastoran
memberi kabar bahwa orasi damai esok hari pasti akan
berlangsung dan memonitor perkembangan wilayah.

Hari Jumat, tgl 23 November 2007

Sejak pagi hari, pihak kepolisian sudah mengirim aparat untuk
berjaga-jaga di kompleks sekolah / gereja Damai. Sekitar jam 12.00
Pihak kepolisian memberikan surat ijin tertulis tentang akan adanya
orasi damai. Sekitar jam 13.00 setelah sholat jumat, sekitar 75
orang berjalan dari mesjid Al Maulana menuju Gereja Damai sambil
membawa poster, dan berteriak-teriak ALLAHU AKBAR.

Sesampai di depan pintu gerbang sekolah mereka ber-orasi, dengan
tuntutan :

- SK Gubernus Sutiyoso mengenai peruntukan aula serba guna ditaati
- Menghentikan segala kegiatan ibadah yang selama ini berlangsung
Setelah
melakukan orasi, pihak para demonstran mengirim utusan untuk
berbicara
kepada pengurus gereja.sekitar 15 orang memasuki Pastoran sebagai
perwakilan

Sekitar jam 14.00 pertemuan di Pastoran dimulai

Pihak demonstran diwakili oleh H. Thoni , H. Komaruddin , H.
Muharol, Ustad Sidiq (FPI), Ustad Subandi, Uztad Ucuk Saefudin,
akbar Syah Alam, Fuad Satibi dan rombongan yang mengenakan sorban
putih.

Dari unsur pemerintah dihadiri oleh Bapak Drs. Yanto Satyar MM –
camat Tambora, wakil camat Tambora, Bpk. Abdul Chalik – Lurah Duri
Selatan dan beberapa pengurus kelurahan.

Dari unsur kepolisian : Kombes Pol Dr. Iza Fadri Sik, SH, MH –
Kapolres Jakarta barat, Bpk. Kompol Yacob Dedy Karyawan Sik –
Kapolsek Metro Tambora, Kasat Intel Polres Jakarta Barat, Bpk.
Charles Sitomorang (Intel Polres Jakarta Barat), Bapak Limbong
(Intel Polsek Tambora), Bpk. Samsyudin (Babinsa Duri Selatan), Bpk.
Agus (Bimas Duri Selatan) dan puluhan polisi yang berjaga di luar.

Dari pihak Gereja : Romo Matius Widyolestari, MSC (Pastor Paroki),
Romo Jus Mawengkang, MSC (Komisi JPIC MSC Indonesia), Bapak Anton
Corebima (Ketua Panitia Pembangunan Gereja), Bapak Ignatius Rudy
Pratikno SH (FKUB DKI) dan pengurus Dewan Paroki lainnya.

Suasana sangat menegangkan dan mencekam karena dari pihak para
pendemo yang menamakan diri sebagai Forum Kerjasama Masjid -
Musholla dan Majlis Ta'lim sekelurahan Duri Selatan. Kemudian mereka
mengajukan pernyataan yang intinya meminta supaya kegiatan
peribadatan dihentikan dan ditutup untuk selamanya. Mereka memaksa
kami untuk menerima, menandatangani, menyetujui pernyataan sikap
tersebut, dengan ancaman apabila tidak ditandatangani dan ibadat
tidak dihentikan, mereka akan memberlakukan Hukum Rimba, dan tidak
bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Juga
mereka memaksa kami untuk menurunkan atribut-atribut keagamaan yang
berada di tempat yang kami gunakan untuk menjalankan ibadat. Kami
menolak menandatangani pernyataan sikap tersebut ataupun menurunkan
atribut-atribut keagamaan kami. Apabila hendak menghentikan kegiatan
peribadatan kami, kami minta agar secara resmi Walikotamadya Jakarta
Barat memberikan surat penghentian kepada kami.
Penolakan kami ini disaksikan pula oleh Kapolres Jakarta Barat,
Kapolsek Metro Tambora, Camat Tambora dan Lurah Duri Selatan.
Akhirnya mereka meninggalkan kami Pastoran dengan pesan apabila
tetap menjalankan ibadat, mereka tidak bertanggungjawab.

Sepeninggal mereka beberapa saat kemudian kami menerima surat dari
Camat Tambora yang memutuskan untuk menghentikan kegiatan gereja.

Kampung Duri – Damai Kristus, 23 Nopember 2007 jam 21:30

Rm. M. Widyolestari, MSC - Kampung Duri

Anonim mengatakan...

Saya mempunya 2 opini untuk hal ini :
1). Agama adalah sesuatu yang suci, dan sepertinya bagi kita yang hanya sekedar manusia biasa, janganlah kita saling membandingkan, melihat apa baiknya, apa buruknya dan sebagainya. Agama adalah hak masing-masing manusia. Saya setuju kalau kita harus saling menghargai. Tapi kadang batas antara menghargai dan ingin dihargai itu sangat tipis (maklumlah manusia). Saya pun sedih melihat pemeluk agama berbaku hantam demi mencapai suatu hal yang duniawi. Agama urusannya ke Tuhan. Itu sangat privasi, bahkan kalau ada orang yang bilang "Agama saya paling bagus", ingin rasanya membuat dia kembali ke rahim ibunya . (itu pendapat saya .. no offence)

2). Perbedaan antara agama 1 dengan yang lain bukan merupakan suatu hambatan. Saya Islam, istri saya katolik (reverse dari pak sandy). Namun diantara hubungan kami yang sudah berjalan 5 tahun, tidak pernah diantara kami membahas mana yang baik di agama kamu, dan mana yang baik di agama saya. Menurut kami itu adalah hal yang paling sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Saya beri contoh yang amat sederhana :
Seorang wanita yang memiliki suatu agama dan memeluknya selama 48 tahun dan menjalankan apa yang diketahui dan diyakini, apakah kita yang hanya manusia dengan keterbatasan akal, pikiran, kuasa, mempunyai hak atas wanita itu untuk merubah keyakinannya hanya demi kita ? Itu hal yang bodoh (bagi saya) untuk merubah seseorang. Jangankan yang sudah 48 tahun, yang baru kemarin saja kadang susah untuk meyakinkan berubah. Itu menjelaskan bahwa agama adalah sesuatu yang privasi. Jika itu merupakan sesuatu yang mengganggu hubungan, atau apapun alasannya tinggalkan saja. Bukan anjuran saya untuk meninggalkan. Tapi saya muak dengan orang yang membuat Agama sebagai suatu alasan hambatan atas kemajuan manusia.

Terima kasih pak sandy tentang share mengenai hal ini. Namun bagi saya, agama sesuatu yang suci, mengapa kita tidak hanya merenungkan. Bukan kita debatkan atau hal yang patut kita cari pembenarannya. Tuhan maha adil, dan maha mengetahui atas segala yang terjadi. Bagi saya pribadi apabila ada orang/group/apapun bentuk dan jenisnya melukai agama orang lain baik mencaci, bahkan sampai menghancurkan, saya hanya bisa tepuk dada dan berkata "biarlah karma yang membalas". Tuhan Maha Mengetahui.

Sandy Kusuma mengatakan...

Dear Kisha,
Salam kenal dari saya.

Terimakasih atas komentar yang baik dan menyegarkan.

Tujuan saya mengangkat topik ini adalah agar terwujud kerukunan antar umat beragama, sesuai judul yang saya tulis.
Terimakasih atas urun pendapatnya.

Anonim mengatakan...

jadi begini loh Pak - kalo saya sih tidak merasa paling benar dan sok suci sebagai manusia - yang benar dan suci itu Tuhan, kalau manusia ya tempatnya salah dan kesalahan - semua bisa selamat, damai ataupun tentram karena Tuhan >>> Izin, Ridho dan Kasih Sayang Tuhan - Tuhan itu mengerti dan berpihak pada yang mengerti ... tapi mengertikah kita ini ?

Anonim mengatakan...

Salam kenal juga pak sandy.

Saya setuju terhadap apa yang pak katakan diatas tentang kerukunan antar umat beragama. Point saya diatas komentar pak adalah :
- Biarlah mereka yang berbuat, toh semua ada balasan dari yang maha Esa.
- Di dunia ini sulit kita mencari keadilan, semakin kita mencari apa intinya. Semakin kita akan dirundung apa yang dinamakan keresahan, kebimbangan, dan juga akan timbul berbagai pertanyaan.

Sekali lagi bukan maksud saya untuk memperkeruh atau malah melakukan klaim terhadap apa yang pak ceritakan. Saya setuju 100%, tapi ada baiknya, hal seperti itu biar kita simpan dihati. Media internet adalah media dimana banyak pihak yang akan menggunakan ini sebagai adu domba. "Agama" kata simple tapi bermakna tinggi. Semoga apa yang kita katakan di blog ini menjadi manfaat bagi diri kita masing-masing.

Sandy Kusuma mengatakan...

Dear Kalong Hitam Betawi,

Setuju sepenuhnya, janganlah kita merasa paling benar dan sok suci, dan memang tidak mudah untuk mengertikan sesuatu yang berkaitan dengan kasih sayang dari Tuhan.

Anonim mengatakan...

Manusia diberikan Akal & Pemikiran oleh Tuhan adalah Anugerah yang Indah dari Kasih & Sayang TUHAN, memang sangat di sayangkan bila Akal & Pemikiran digunakan untuk kepentingan sempit - bukankah Anugerah itu bukti Kasih & Sayang TUHAN pada Manusia ? Mudah mudahan ada Hikmahnya bagi kita semua untuk Kemaslahtan bersama ... VIVRE HEUREUX

Sandy Muda

Sandy Muda
Seperti apa aku jadinya nanti?