Senin, September 24, 2007

Nomer Handphone

Ini benar-benar penyakit menahun.
Sekali kita telah menggunakan satu nomer untuk handphone kita, maka seumur hidup kita akan "setia" kepada operator seluler yang menerbitkan nomer tersebut, karena nomer tersebut bukan milik kita, melainkan milik operator seluler dan kita cuma meminjamnya, seolah-olah itu milik kita.

Tiba saatnya saya mesti memutuskan untuk memilih operator yang lebih hemat, maka saya harus mempertimbangkan masak-masak karena itu sama artinya saya mesti menggunakan nomer baru.

Seandainya saja pemerintah kita (Kominfo) mau membuat regulasi yang mengatur tentang penggunaan nomer handphone ini, bahwa nomer ini milik saya, terserah operator mana yang saya pilih, tidak masalah jika hendak ganti ke operator lainnya, nomer itu tetap menjadi nomer saya, sehingga tidak perlu ganti kartu nama, tidak perlu kirim ratusan sms untuk memberitahukan tentang penggantian nomer, dan yang terpenting: nomer itu adalah aset penting milik saya, bukan milik orang lain!

Tanah, Rumah, kendaraan, dll. boleh kita miliki, dengan sertifikat lagi.
Masak iya untuk memiliki nomer seluler saja tidak boleh...

Cukup sudah!

Belakangan ini saya lebih sering berpikir untuk menghentikan kebiasaan merokok tetapi nyatanya keinginan itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Secara kebetulan minggu lalu saya membaca buku karangan AM Rukky Santoso: Brain Booster, The Roadmap to Success (PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), terperangah juga saya ketika sampai pada bagian "Sistem Pompa Pernafasan", paru-paru adalah satu-satunya pompa bagi sistem pernafasan untuk kelangsungan kehidupan, dan selama lebih dari 30 tahun saya telah menjejali sistem pompa itu dengan asap hasil pembakaran tembakau dan cengkeh, dan saya melakukannya dengan sangat sadar tetapi tidak mau menghentikannya.

Kemarin, hari Minggu, 23 September 2007, otak saya telah membuat kesepakatan dengan paru-paru saya: Ia akan berupaya sebisa mungkin untuk tidak lagi menjejali paru-paru dengan asap rokok, cukup sudah!

Sandy Muda

Sandy Muda
Seperti apa aku jadinya nanti?